Bagaimana
mengatasi konflik antara menantu dan mertua?
Sudah menjadi rahasia umum kalau hubungan
antara menantu dan mertua tak selalu baik. Biasanya konflik terjadi karena
ketidakcocokan dalam berbagai hal, seperti mengurus anak dan pekerjaan rumah
tangga. Selisih pendapat ini pun lebih sering terjadi antara mertua dengan
menantu perempuannya, terlebih jika keduanya tinggal seatap.
Selama tidak sampai terjadi perselisihan
yang berujung pada permusuhan antarkeluarga besar, hal ini adalah sesuatu yang
wajar. Sebab bagaimanapun, mertua dan menantu hidup di era yang berbeda—yang
secara tak langsung berpengaruh besar terhadap pola pikir masing-masing,
termasuk dalam urusan berumah tangga.
Berikut beberapa permasalahan yang palingsering terjadi antara menantu dengan mertua, dan bagaimana cara mengatasinya.
1.
Soal Privasi
Tinggal bersama mertua
maupun orang tua saat sudah menikah tentu akan terasa jauh berbeda dibandingkan
saat Anda dan pasangan memutuskan untuk tinggal sendiri. Persoalan pertama yang
mau tidak mau harus dihadapi adalah privasi.
Seatap dengan mertua tentu
akan sedikit mengganggu privasi Anda, terutama jika mereka adalah tipe orang
yang senang ikut campur kehidupan pribadi anak-anaknya.
Tidak banyak hal yang
bisa Anda lakukan untuk hal ini, kecuali memberi pengertian baik-baik kepada
mertua mengenai batasan sejauh mana mereka boleh/tidak boleh terlibat.
2.
Risih
Saat tinggal serumah
dengan mertua tentu Anda akan banyak merasa risih dan tak enak hati ketika akan
melakukan sesuatu dengan pasangan, misalnya bermesraan. Malu ketahuan dan takut
terdengar orang tua adalah alasannya. Hal inilah yang membuat ruang gerak Anda
semakin terbatas.
3.
Aturan yang Berbeda
Nah, soal kedua inilah
yang paling banyak memicu konflik antara mertua dan menantu. Masing-masing
memiliki aturan dan prinsip yang berbeda—dan tidak ada salah satu pihak yang
bersedia mengalah.
Aturan yang berbeda bisa
terjadi dalam berbagai hal, seperti mengasuh anak, memasak, menyelesaikan pekerjaan
rumah, dan sebagainya. Tak dimungkiri masih banyak mertua yang kurang cocok
dengan anak menantunya, dan sebaliknya.
Jika terus dipendam, hal
ini lama-lama memang bisa membuat batin Anda tertekan. Bagaimana cara
mengatasinya? Cobalah minta suami untuk menjembatani Anda dengan mertua.
Katakan secara terbuka apa keinginan Anda dengan kepala dingin.
4.
Jatah Bulanan Mertua
Berkaitan dengan soal
finansial, memang ada jenis mertua yang tetap mengharapkan jatah bulanan dari
anak laki-lakinya meskipun si anak sudah berumah tangga. Sadar tak sadar, hal
ini bisa memicu konflik antara menantu dengan mertua. Sebab bagaimanapun si
istri juga merasa lebih berhak atas gaji suaminya.
5.
Biaya Hidup Naik Dua Kali Lipat
Tinggal bersama mertua
secara tidak langsung akan memengaruhi kehidupan finansial Anda. Selain makan,
Anda juga perlu mengeluarkan dana ekstra untuk kebutuhan lain seperti air,
listrik, sampai tagihan telepon.
Tak menjadi masalah jika
Anda dan suami adalah orang yang berkecukupan. Bagaimana jika tidak? Jika
memang Anda dan suami benar-benar tidak bisa menanggung biaya hidup mertua
(gaji hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan berdua), jangan sungkan untuk bicara
baik-baik dengan mertua.
Anda dan mertua bisa membuat
kesepakatan jelas mengenai pos-pos bulanan semacam ini, misalnya tagihan
listrik dibayar dengan sistem iuran setengah-setengah.
Pada dasarnya, segala persoalan di atas
dapat diselesaikan dengan komunikasi yang baik. Saling pengertian dan memahami
peran masing-masing juga sangat diperlukan. Sebagai menantu, jangan sungkan
untuk membantu mertua menyelesaikan pekerjaannya (jika ada). Secara tak
langsung, kebiasaan ini akan memupuk rasa kasih sayang sehingga konflik bisa
dihindari.
Ingin mengajukan pertanyaan mengenai hukum keluarga? Jangan sungkan untuk menghubungi kantorpengacara.co melalui telepon +62 812 9797 0522 atau email info@kantorpengacara.co. Kami siap membantu Anda dengan sepenuh hati.