Selasa, 01 Januari 2019

Dampak Perceraian Bagi Psikologis Anak


Apa saja dampak buruk perceraian pada psikologis anak? Perlukah bantuan pengacara perceraian? Temukan jawabannya, di sini!

Tahukah Anda bahwa jasa pengacara perceraian sangat dibutuhkan? Meskipun, Anda bisa saja bercerai tanpa bantuan pengacara, tetapi dengan kehadiran pengacara, segala hal yang berkaitan dengan hukum menjadi lebih mudah. Pengacara tidak hanya melancarkan proses perceraian Anda, melainkan juga membantu Anda mendapatkan hak asuh anak dan harta gono gini sesuai dengan hukum yang berlaku.



Tugas Pengacara Perceraian dan Dampak Perceraian Pada Anak

Kendati menawarkan kemudahan, pada kenyataannya tak sedikit orang beranggapan bahwa biaya jasa pengacara sangat mahal tanpa mengetahui beratnya tugas yang diemban. Terlebih jika perceraian diiringi dengan konflik, seperti perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, atau perebutan harta. 

Secara otomatis, tugas pengacara bertambah berat lantaran harus melakukan audit dan atau membuat laporan hukum terkait KDRT. Namun, jika kasus perceraian tergolong ringan, misalnya gugatan cerai karena suami terlalu sibuk atau perbedaan pandangan, biasanya pengacara perceraian akan memberikan kesempatan bagi penggugat untuk berpikir ulang. 

Pasalnya, perceraian bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilewati, terutama jika Anda memiliki anak.

Bagi anak, orang tua adalah panutan dan perpisahan keduanya akan memberikan luka hati yang sulit disembuhkan. Tak jarang anak-anak korban perceraian bermasalah dengan psikologisnya. 

Sebelum memutuskan perpisahan, ada baiknya untuk mengetahui dampak perceraian bagi psikologis anak. Tujuannya, agar Anda dapat melakukan antisipasi dini, setidaknya mengurangi dampak buruk perceraian pada anak.

Adapun pengaruh perpisahan orang tua pada psikologis anak, antara lain sebagai berikut.


1.     Mudah Marah

Memutuskan perceraian bagi orang dewasa tidaklah mudah. Begitupun bagi anak kecil. Mereka akan sulit menerima keputusan Anda. Terutama, jika Anda dan anak tidak memiliki kedekatan secara emosional. Menjelaskan pada anak membutuhkan usaha ekstra. Jangan terbawa emosi jika anak menjadi mudah marah.

Hal tersebut sangat umum terjadi pada anak korban perceraian. Lain halnya jika Anda sangat dekat dengan anak dan terbiasa terbuka. Anda bisa mendiskusikan masalah perpisahan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Meskipun tidak sepenuhnya memahami, setidaknya anak akan mengerti keputusan Anda.


2.     Merasa Tidak Dicintai

Anak yang orang tuanya bercerai akan merasa tidak dicintai. Apalagi jika perceraian Anda diwarnai dengan perebutan hak asuh anak. Anak akan merasa tertekan dan semakin sulit menerima keadaan. Untuk mencegah hal ini terjadi, sebaiknya lakukan pendekatan lebih dulu sebelum melakukan gugatan perceraian.

Hal tersebut dilakukan agar anak mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi. Di sisi lain, cara ini akan membuat anak lebih tegar dan siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Anak pun akan merasa lebih dihargai dan dicintai.


3.     Ragu Berkomitmen

Efek perceraian akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa. Anak korban perceraian rentan mengalami masalah komitmen. Mereka cenderung merasa ragu untuk memulai hubungan serius dengan seseorang. Dalam benaknya selalu diliputi rasa takut dan tidak percaya bahwa hubungannya akan berakhir dengan baik.

Untuk mengatasi masalah tersebut, selalu tekankan pada anak bahwa perceraian bukanlah sesuatu yang dapat menghalangi kebahagiaan. Jika orang tua mengalami perceraian, bukan berarti anak pun akan mengalami hal yang sama.

Itulah sejumlah dampak perceraian pada psikologis anak. Anda wajib untuk terus memantau kondisi psikologis anak pasca perceraian. Jika Anda mengalami kesulitan dan ingin berkonsultasi lebih lanjut Jangan sungkan untuk menghubungi kantorpengacara.co melalui telepon +62 812 9797 0522 atau email info@kantorpengacara.co. Kami siap membantu Anda dengan sepenuh hati.

0 komentar:

Posting Komentar