Apa saja dampak buruk perceraian pada psikologis anak? Perlukah
bantuan pengacara perceraian? Temukan jawabannya, di sini!
Tahukah Anda bahwa jasa pengacara perceraian sangat dibutuhkan? Meskipun, Anda bisa saja
bercerai tanpa bantuan pengacara, tetapi dengan kehadiran pengacara, segala hal
yang berkaitan dengan hukum menjadi lebih mudah. Pengacara tidak hanya
melancarkan proses perceraian Anda, melainkan juga membantu Anda mendapatkan hak asuh anak dan harta gono gini sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Tugas Pengacara Perceraian dan Dampak Perceraian Pada Anak
Kendati
menawarkan kemudahan, pada kenyataannya tak sedikit orang beranggapan bahwa
biaya jasa pengacara sangat mahal tanpa mengetahui beratnya tugas yang diemban.
Terlebih jika perceraian diiringi dengan konflik, seperti perselingkuhan,
kekerasan dalam rumah tangga, atau perebutan harta.
Secara otomatis, tugas
pengacara bertambah berat lantaran harus melakukan audit dan atau membuat
laporan hukum terkait KDRT. Namun, jika kasus perceraian tergolong ringan,
misalnya gugatan cerai karena suami terlalu sibuk atau perbedaan pandangan,
biasanya pengacara perceraian akan
memberikan kesempatan bagi penggugat untuk berpikir ulang.
Pasalnya, perceraian
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilewati, terutama jika Anda memiliki anak.
Bagi anak,
orang tua adalah panutan dan perpisahan keduanya akan memberikan luka hati yang
sulit disembuhkan. Tak jarang anak-anak korban perceraian bermasalah dengan
psikologisnya.
Sebelum memutuskan perpisahan, ada baiknya untuk mengetahui
dampak perceraian bagi psikologis anak. Tujuannya, agar Anda dapat melakukan
antisipasi dini, setidaknya mengurangi dampak buruk perceraian pada anak.
Adapun pengaruh
perpisahan orang tua pada psikologis anak, antara lain sebagai berikut.
1.
Mudah Marah
Memutuskan
perceraian bagi orang dewasa tidaklah mudah. Begitupun bagi anak kecil. Mereka
akan sulit menerima keputusan Anda. Terutama, jika Anda dan anak tidak memiliki
kedekatan secara emosional. Menjelaskan pada anak membutuhkan usaha ekstra.
Jangan terbawa emosi jika anak menjadi mudah marah.
Hal tersebut
sangat umum terjadi pada anak korban perceraian. Lain halnya jika Anda sangat
dekat dengan anak dan terbiasa terbuka. Anda bisa mendiskusikan masalah
perpisahan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Meskipun tidak sepenuhnya
memahami, setidaknya anak akan mengerti keputusan Anda.
2.
Merasa Tidak Dicintai
Anak yang
orang tuanya bercerai akan merasa tidak dicintai. Apalagi jika perceraian Anda
diwarnai dengan perebutan hak asuh anak. Anak akan merasa tertekan dan semakin
sulit menerima keadaan. Untuk mencegah hal ini terjadi, sebaiknya lakukan
pendekatan lebih dulu sebelum melakukan gugatan perceraian.
Hal tersebut
dilakukan agar anak mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi. Di sisi lain,
cara ini akan membuat anak lebih tegar dan siap dengan segala kemungkinan yang
terjadi. Anak pun akan merasa lebih dihargai dan dicintai.
3.
Ragu Berkomitmen
Efek
perceraian akan terbawa hingga anak tumbuh dewasa. Anak korban perceraian
rentan mengalami masalah komitmen. Mereka cenderung merasa ragu untuk memulai
hubungan serius dengan seseorang. Dalam benaknya selalu diliputi rasa takut dan
tidak percaya bahwa hubungannya akan berakhir dengan baik.
Untuk
mengatasi masalah tersebut, selalu tekankan pada anak bahwa perceraian bukanlah
sesuatu yang dapat menghalangi kebahagiaan. Jika orang tua mengalami
perceraian, bukan berarti anak pun akan mengalami hal yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar